Dibuang Sayang Dari Amsterdam dan Berlin
Masih seputar perjalan saya mengikuti Mesake Bangsaku World Tour nya Pandji edisi Amsterdam dan Berlin 2 minggu yang lalu. Banyak hal-hal menarik yang saya amati dan alami selama tour namun belum saya bahas ditulisan sebelumnya. Selama berada di Amsterdam dan Berlin, hampir selalu kami menggunakan transportasi publiknya sehingga dapat mengamati secara langsung kondisi sosialnya. Ini yang saya suka dari sebuah perjalanan bukan cuma buat nambahin koleksi profil picture atau avatar doang h :p. Selain itu kami banyak bertemu dan berbagi cerita dengan teman-teman warga Indonesia yang bermukim disana. Berikut beberapa cerita yang sayang untuk dilewatkan…
- Buat anda penggemar teh terutama green tea siap-siap gigit jari deh disana. Di Amsterdam dan Berlin teh utamanya green tea kurang digemari. Bahkan digerai Starbucks menu green tea frapucino tidak tersedia, begitu juga dikebanyakan restoran dan kafe. Sekalinya saya minum teh yaitu di Berlin direstoran Turki Persia saat makan Kubideh dan IKEA Amsterdam. Di 2 tempat tadi minum tehnya all you can drink tapi tetep ga nemu yang namanya green tea.
- Bukan hal yang mengejutkan kalau saya bilang lalu lintas di Amsterdam dan Berlin sangat tertib. Tipikal negara maju karena tranportasi publiknya sudah sangat nyaman dan tingkat kesadaran masyarakatnya sudah tinggi. Baik di Berlin maupun Amsterdam saat menggunakan keretanya, saya dan teman-teman tidak pernah menemui pemeriksaan tiket, stasiun Berlin tidak menggunakan barrier gate sedangkan Amsterdam ada barrier gate tapi ga aktif karena selalu terbuka. Kalau disini udah pada nembak karcis deh tuh. Yang menjadi raja jalanan di 2 kota tadi adalah pesepeda diikuti pejalan kaki, pengendara mobil dan motor minggir dulu deh. Jadi saat kita akan menyeberang jalan yang perlu kita waspadai justru pesepedanya dari pada mobil dan motor. Bahkan di Leiden saya tidak menemui zebracross yang dilengkapi traffic light. Jadi kalau ada pejalan kaki mau nyeberang jalan, otomatis pengendara mobil dan motor berhenti mempersilahkan pejalan kaki tadi dan ga pake diklakson segala.. Sabar banget.. Tetapi 4 kali naik taksi dan mobil selama di Amsterdam dan Berlin saya pusing (hampir mabok) saat berkendara didalam kota. Mungkin karena tertibnya jadi saat lampu hijau ga perlu toleh kanan-kiri dan langsung geber aja, jadi gaya berkendara orang-orangnya cenderung kasar dan bikin mual.. Gimana kalo yang nyupirin Jason Statham?? X_x
- Selain ke Amsterdam saat di Belanda kami sempat mampir ke Leiden, sebuah kota di provinsi Zuid Holland. Kota yang berpenduduk hampir 120.000 jiwa ini sangat statis, dari medio tahun 1960an tidak banyak perubahan berarti dari kota ini. Hal ini dikarenakan pemerintah kota Leiden sangat concern memelihara gedung-gedung dan bangunan tua yang ada disana. Bahkan untuk merubah atau menambah sedikit detail sebuah gedung saja harus mendapatkan izin dari pemerintah kota dan dikenakan pajak yang tinggi. Nah loh…
- Sangat banyak mahasiswa asal Indonesia yang menempuh pendidikan di Universitas Leiden. Ternyata memang dari zaman dulu universitas ini memang menjadi tujuan pelajar asal Indonesia menuntut ilmu. Tercatat Sultan Hamengku Buwono IX dan Achmad Subarjo adalah alumnus universitas ini. Universitas Leiden juga berencana untuk membuka The Asian Library terbesar didunia dimana 50% isinya berisi catatan sejarah tentang Indonesia. Ga heran karena pada masa penjajahan dulu banyak manuskrip, babad dan catatan sejarah lainnya yang dibawa ke Negeri Belanda. Konon foto-foto pahlawan yang sekarang kita kenal berasal dari sana. Yang menarik dosen-dosen sejarah disana beranggapan Indonesia dapat berada diposisi sekarang justru karena pernah dijajah oleh Belanda, kontradiktif dengan kita yang beranggapan sebaliknya.
Oh ya, ada yang pernah mendengar nama Hoesein Djajadiningrat?? Taruhan € 5 sen pasti kebanyakan ga ada yang tahu siapa beliau. Beliau adalah mahasiswa Indonesia pertama yang meraih gelar Ph.D di Universitas Leiden. Sampai dibikinin patungnya segala bahkan. Pada masa pergerakan nasional dulu, beliau termasuk sosok yang kontroversial tapi jangan samain dengan tokoh kontroversial zaman sekarang macam Syahrini atau Depe… Puueeeehh!!
- Ditulisan sebelumnya saya pernah mengatakan karakter teman-teman mahasiswa di Berlin dan Amsterdam berbeda. Teman-teman di Berlin rata-rata mereka mengikuti program kuliah di Jerman melalui agen di dalam negeri. Tetapi ini juga ternyata tidak mudah, sebelum memulai kuliah mereka harus mengikuti program dari foundation terlebih dahulu selama 1 tahun termasuk didalamnya kursus bahasa Jerman karena perkuliahan disana menggunakan bahasa Jerman sebagai bahasa pengantarnya. Setelah 1 tahun mengikuti program dan dinyatakan lulus baru mereka boleh mengikuti tes masuk universitas-universitas negeri di Jerman. Kalau gagal mereka berhak ikut ujian sekali lagi dan apabila masih gagal maka mau ga mau harus pulang ke Indonesia. Karena pendidikan di Jerman gratis sampai jenjang tertinggi maka begitu lulus S1 mereka bisa melanjutkan kejenjang selanjutnya tanpa perlu tes lagi. Kapan ya Indonesia bisa begitu…
- Kebanyakan orang akan berpikir tentang sex tour begitu mendengar Red Light Distric Amsterdam yang kesohor itu. Ga salah sih, memang banyak banget ragam wahananya (Dufan kalii ah pake wahana segala)dari mulai museum sex, peep show seharga mulai dari €2, live sex show yang €50 keatas sampai layanan “dine in”. Atau kalau mau cuma sekerdar window shopping juga boleh asal ga ngambil foto, atau kalo iseng mau coba didatengin bodyguard segede buldoser sih boleh ada coba-coba ngambil foto :D. Red Light Distic sendiri menurut saya adalah melting pot yang sesungguhnya karena semua ras tersedia disini hehehee.. Peep show merupakan wahana yang paling affordalble karena cuma seharga €2 untuk durasi 1,5 menit. Apa itu peep show?? Ya peep sendiri artinya mengintip tapi ini kita ngintip dari bilik dengan jendela kaca seukuran 30 x 20 cm. Apa yang diintip?? Ya apalagi, udah dijelas Red Light Distric . Yang paling menariknya dari peep show ini, kita bisa melihat tampang-tampang orang dari bilik lain karena saling berhadapan.. hahahhaa… Saya lebih tertarik memperhatikan ekpresi unik orang-orang yang sedang menyaksikan ”pertunjukan” yang diintip X)).
- Selain sex tour yang otentikl dari Red Light Distric adalah space cake, yaitu brownies dengan campuran mariyuana. 1 porsi space cake mengandung 2 gram mariyuana, maakjleeeb ga tuh :D. Di Amsterdam rata-rata coffee shopnya menyediakan “menu” mariyuana. Tapi cuma di Red Light Distric sepertinya tersedia space cak, brand brownies ini yang terkenal Buldog (kalau disini kaya Kartikasari lah ya hehehe..), mereknya aja udah sangar. Di distrik ini juga orang-orang bisa giting dengan santai di coffee shop Tapi herannya bule-bule disana gitingnya anteng aja gitu banyakan bengong kaya orang bego malah, ga ada yang pada cekikikan dan becanda ga jelas gitu sama temen-temennya. Lebih rusuh bule yang mabok alkohol.
- Di Berlin kalau kita naik U Bahn atau S Bahn malam-malam jangan heran kalau banyak ketemu orang dengan aroma alkohol dan nenteng botol bir. Karena minum bir udah menjadi semacam budaya buat mereka. Di kantor teman yang Berlin malah untuk softdrink dan mineral waternya disediain vending machine dan harus bayar. Tapi untuk bir, gratis sepuasnya. Save water, drink beer!! Tapi walaupun begitu jarang terjadi rusuh. Polisi pun banyak yang patroli menjaga keamanan. Di Rembrandtplein Amsterdam malah saya melihat polisi yang lagi patroli cool aja gitu diceng-cengin orang mabok tapi tetep waspada hahahaa… Coba kalo di Indonesia apa ga rame tuh jadinya. Contoh polisi yang mengayomi masyarakat, mungkin pikirnya ngapain ngeladein orang mabok toh ga sampe ngeganggu ketertiban umum ini.
- Pengen punya mobil di Amsterdam?? Siap-siap bayar parkir setara Rp 75.000/jam hehehee.. Pertama liat mobil parkir di Amsterdam dan Berlin saya sempet heran karena rata-rata parkir paralelnya ga rapih dan maksa. Stir ga dilurusin (baru belajar nih pasti), trus ga pas lurus, posisi mobil kadang agak miring jadi bemper belakang masih nongol kearah jalan (ada akun twitter @parkirlubangsat versi Belanda atau Jerman ga ya?? :D). Kita juga bakal banyak nemuin mobil listrik yang lagi dicharge power bank dipinggir jalan. Kebayang ga segede apa ituvpower bank.
- Kalo lagi kena cuaca dingin diluar negeri pasti otomatis kita bakal kangen sama yang namanya Indomie rebus. Ga susah sih nyari produk Indomie di Eropa. Rata-rata di supermarket asia banyak tersedia. Tapi kok ga seenak Indomie rebus di Indonesia ya?? Gurihnya beda.. Sepertinya produk Indomie yang diimpor disana mengalami down grade dari yang dijual didalam negeri. Mungkin karena persyaratan yang ketat sehingga perasa (MSG) dikurangin jadi gurihnya berkurang, yaaah ga asyiiik L . Mungkin sama kaya cokelat yang dijual di Eropa dan di Jakarta. Cokelat yang dijual di Jakarta ga seenak cokelat yang kita beli di Eropa. Teori saya cokelat yang dijual yang di Jakarta dibuat sedemikian rupa supaya tahan dengan suhu ruangan disini yang rata-rata hampir 30⁰C, bandingkan dengan Eropa yang rata-rata suhu ruangannya belasan derajat celcius. Jadi mungkin komposisi cokelat dan susunya berbeda yang menyebabkan kualitasnya menurun atau down grade kaya Indomie tadi.
- Saat berpergian keluar negeri salah 1 alat yang biasanya kita persiapkan adalah international converter/adaptor plug kit karena biasanya colokan listrik yang ada diluar negeri berbeda dengan yang ada disini. Singapur aja beda, apalagi Eropa. Tapi ternyata di Belanda dan Jerman steker atau colokan listrik yang digunakan sama persis dengan yang digunakan di Indonesia. Jadi kita ga perlu bawa converter atau adaptor plug kit.
- Ditulisan saya sebelumnya tentang MBWT, anda pasti banyak membaca serba perang dunia ditempat-tempat yang saya kunjungi selama di Berlin. Bukan kebetulan tetapi memang kota Berlin pada masa perang dunia baik I dan II menjadi salah satu pusat pertempurannya. Jadi memang kebanyakan landmark kota Berlin pasti ala-ala perang dunia.
- Di Berlin saya sering menjumpai kloset duduk jadul yang dulu sering saya jumpai dirumah dinas orang tua saya yang rata-rata bekas peninggalan Belanda. Kloset duduk ini memiliki postur fisik yang berbeda dibagian atasnya. Jadi bentuknya ga landai tapi seperti bentuk air terjun niagara yang ada penampang \ ratanya untuk penampungan sebelum memasuki area leher angsanya. Susah deh jelasinnya hehehe.. Jadi kalau kita pup, sebelom ngflush kita bisa melihat secara utuh tampilan feses yang kita produksi :D. Jangan-jangan kloset-kloset ini peninggalan perang dunia juga… :))
- Banyak yang bilang belanja merek-merek tertentu di Eropa lebih murah dari pada di dalam negeri. Kalau menurut saya sih dalam keadaan normal sama aja. Malah cenderung sedikit lebih mahal disana. Cuma dari yang saya liat di Amsterdam dan Berlin gerai-gerai merk seperti H & M, Zara, Uniqlo, Adida, Nike sampai Louis Vuitton sering bikin promo sale yang beneran ngasih diskon. Jadi ga kaya disini yang sering masang embel-embel sale dan diskon tapi harga sudah dinaikin terlebih dahulu. Jadi kalau mau shopping lebih baik jangan liat mereknya dulu tapi liat promo sale nya aja dulu mana yang paling gede. Hehehee…
- Mana yang lebih mahal biaya hidupnya antara Berlin dan Amsterdam?? Kalau yang saya amati dari 2 faktor yaitu biaya transport dan makan, Amsterdam jawabannya. Perbandingannya begini, di Berlin moda transportasi publiknya ada 4 yaitu U Bahn (kereta bawah tanah), S Bahn (kereta yang diatas permukaan tanah), Trem dan Bus tersedia tiket perhari sampai pukul 24.00 seharga €16 untuk 5 orang yang dapat digunakan disemua moda transportasi. Sedangkan di Amsterdam moda transportasi umumya adalah trem, bus dan metro. Tiketnya dijual perjam seharga €2,80 sampai 48 jam seharga €12 yang berlaku dari pertama kali kita melakukan tap. Kalau dari biaya untuk makan perbandingannya menu kebab dan donner di Berlin rata-rata €3,5 – €6 sedang di Amsterdam €4,5 – €7,5. Baik di Berlin maupun Amsterdam kami sempat singgah direstoran masakan Indonesia perbandingannya rata-rata menu maincourse masakan Indonesia di Berlin €8 – €10 sedangkan di Amsterdam €10 – €12.
- Karena banyak penggunanya harga sepeda di Berlin dan Amsterdam menjadi sangat mahal. Jangan samakan dengan sepeda komunitas fun bike di Jakarta, sepeda yang banyak lalu lalang disana rata-rata model sepeda ontel jadul. Begitu pun harganya sangat mahal, ditoko sepeda bekas di Leiden harga sepeda ontel bekas termurah yang saya lihat € Tingkat pencurian sepeda pun cukup tinggi.. Curansep dong ya :D.. Di Amsterdam ada parkiran sepeda terbesar di dunia yang dibangun 3 lantai.
- Begitu kita mendarat di Schipol International Airport jangan heran kalau melihat poster dibeberapa toko dengan tulisan GRATIS atau KORTING. Karena memang banyak bahasa Indonesia yang serapan dari bahasa Belanda. Dan kalau anda sedang berada di Leiden atau Den Haag berhati-hati kalau ngomelin bule pake bahasa Indoneisa karena di 2 kota tersebut banyak juga orang lokal yang bisa berbahasa Indonesia.
- Diperjalanan kembali menuju Amsterdam dari Leiden, di stasiun kereta Leiden kami dihampiri seorang bapak-bapak berusia 83 tahun. Ternyata beliau adalah seorang mantan anggota LEKRA (Lembaga Kebudajaan Rakjat) yang diusir dari Indonesia. LEKRA adalah sebuah organisasi kebudayaan yang mendapat cap sebagai organisasi sayap kiri karena merupakan organ kebudayaan dibawah naungan PKI. LEKRA dibubarkan berdasarkan Ketetapan MPRS XXV/MPRS/1966 dan anggotanya banyak yang melarikan ke luar negeri, Bapak tadi salah satunya. Sudah hampir 50 tahun beliau diusir dari tanah kelahirannya. Saat bergabung dengan LEKRA beliau hanyalah seorang pelajar yang mencintai seni. Bahkan saat Pandji bertanya apakah beliau ingin pulang ke Indonesia, dengan mata berkaca beliau menjawab “Sampai detik ini kalau ada yang bertanya, saya akan lantang menjawab saya orang Indonesia. Walaupun sudah 50 tahun saya meninggalkan negeri tempat saya lahir dan tidak bisa pulang, perasaan cinta saya tidak pernah luntur.” Nyeeesssssss…. Bahkan sampai saat ini beliau mengaku masih terus mengikuti perkembangan di Indonesia melalui internet. Well, beliau bukanlah satu-satunya yang mengalami nasib seperti itu dan sampai hari ini hal tersebut masih menjadi pro dan kontra di Indonesia sendiri. Entahlah tapi mendengar jawabannya tadi ada rasa getir yang saya rasakan.
- Seperti saya ceritakan diatas, selama tour MBWT Berlin dan Amsterdam kami sempat mampir dibeberapa restoran masakan Indonesia. Ternyata masakan Indonesia lumayan digemarin disana. Saat mampir direstoran Nusantara Berlin dan Java Kitchen milik om Heidar (Omnya Trisya ibu kost kami) saya melihat restoran ini pun cukup ramai didatangi orang-orang lokal. Dari segi rasa memang ada sedikit perbedaan karena beberapa bumbu yang sulit didapat. Tapi dari segi ukuran, ini yang bikin beda. Porsinya sudah menyesuaikan dengan selera bule, jumboooo. Contohnya porsi tongseng di restoran Nusantara Berlin, potongan daging kambingnya sekepalan tangan anak-anak dan banyak pula.. hehehee…
- Saat berpencar di kalverstraat Amsterdam, karena udara yang sangat dingin saya dan beberapa teman-teman tim MBWT masuk kesebuah hotel bintang 5 bernama Hotel Krasnapolsky diarea Dam Square untuk numpang “berteduh”. Tadinya saya ragu diusir security tapi ternyata engga tuh. Bahkan sempat berpapasan dengan beberapa staf hotel dan mereka tetap ramah padahal ketara banget sih kami bukan tamu hotel. Coba kalau di Jakarta, pasti sudah disamperin satpam hotel duluan.
- Bahasa Inggris lebih banyak digunakan di Amsterdam dibandingkan di Berlin. Saat di Berlin untuk memesan makanan saja kami harus dibantu Ican atau dengan bantuan touchscreen (nunjuk-nunjuk gambar di daftar menu). Di Berlin malah cuma ada 1 bioskop berbahasa Inggris yaitu di Sony Center. Di Amsterdam sendiri film-film yang diputar kalah update dengan bioskop di Jakarta. Saat tour MBWT ini berlangsung film yang baru turun layar disana adalah The Guardian of The Galaxy.
- Indonesia ternyata cukup familiar direstoran Turki. Entah karena keindahan alamnya, negara muslim terbesar atau karena memang banyak mahasiswa Indonesia yang jadi pelanggannya. Beberapa kali saya ditanya asal negara oleh pelayan direstoran Turki dan begitu saya jawab Indonesia reaksi mereka adalah mengucapkan “terima kasih”, mengatakan menyukai Indonesia dan mengatakan kalau negara kita sangat indah. Lucunya begitu saya tanya pernah datang ke Indonesia, mereka menjawab hanya tahu Bali dari internet. Yaelaaah…. Waktu makan disebuah restoran fried chicken ala Turki di Leiden kami diberikan gratis french fries dengan modal assalamualaikum. Alhamdulillah, rejeki anak soleh…. J
- Walaupun saat kami datang di Berlin dan Amsterdam sedang musim gugur dan udara sangat dingin tetapi lumayan susah nyari minuman yang ga dingin. Rata – rata restoran menyediakan paket makan dengan minuman yang dingin. Jajan di Starbucks pun jarang yang pesen minuman panas. Edanlah pokoknya mah orang-orang sana.. Saat keluar makan malam di Berlin kami bertemu dengan orang yang dengan santainya cuma menggunakan T Shirt dan jeans, padahal suhunya 2⁰C, kami yang sudah pakai pakaian berlapis saja masih tetap menggigil. Gimana nih orang kalau ke Bekasi ya?? Pasti gaa bakal kuat dia ketemu 40⁰.
- Jangan lupa selalu bawa sambal sachet, karena di Eropa akan sulit sekali menemukan sambel. Adanya saos paprika, tomat dan mayonise, mana enaak…!! L dibeberapa restoran tersedia saos sambal tapi harus beli. 1 lagi, kalau anda makan di restoran fast food atau food court jangan tinggalkan sampah bekas makan diatas meja, bisa-bisa anda diomelin sama petugas kebersihannya. Yup! Kita harus beresin dan buang sampah bekas makan kita sendiri ke tempat sampah yang disediakan.. 😀